Andiamo al parco

Publié le par macchiato

...

Siang tadi gue sengaja beli takeaway buat makan siang. Ada dua pilihan yg menggoda, tipe pasta-pasta di kafe di basement gedung kantor atao ke food court Asia.

Gue putuskan beli pasta sajah. Penne col pollo, fungi e parmagiana.
Harganya murah, lima bucks (40 ribu rupiah? EUR 3.5? US 4) - bener2 bargain buat gue yg terlalu males nyiapin lunch box. Lagipula kalo bikin sendiri, from scratch, boaah... mesti beli penne, chicken breast, mushroom dan parmesan ? Ongkosnya lebih gede dan kualitasnya sgt tidak terjamin, plus bikin saosnya kan susah bgt. LOL.
Ngapain pula ambil resiko, mending beli di kafe langsung, lagipula si pemiliknya seorang bapa2 bertampang Mediterranean yg paling ngga memberi ilusi kepada customer pastanya ngga akan dimuntahkan.

Dan gue jalan bentar menuju Hyde Park.

Hari yg cerah. Temperatur anget, 29C.

Tanpa laler2 mengerubungi. he he, buat gue ini faktor penting, buat apa lunch di park kalo cuma buat dilalerin.

Dan pekerja2 CBD lainnya sibuk lalu lalang.

Gue ambil spot, lalu buka kantong kertas dan beberapa saat kemudian rasa laper pun ilang. Angin sepoy menyergap. Whoaah dan gue ... mengantuk. Hu hu hu, faccio la siesta allora ? Saya berharap tapi apa daya! Siesta bukan tradisi Anglo dan jam makan siang kami sgt singkat dan kami bukan tinggal di sebuah desa kecil dimana kegiatan berhenti saat jam gereja berdentang ke penjuru centro!

Hyde Park Sydney adalah kopian dari yg asli di London. Suku Anglo boleh jadi jedot2 kepala di dinding krn mereka ngga punya piazze indah seperti di Italia, atao shopping arcade dg vitrine/ vitrina yg merangsang nafsu belanja seperti di kontinental eropa, tapi soal pertamanan mereka boleh tepok  & busungin dada sampe napas pecah.

Entah siapa arsitek yg muncul dg ide, ah mari kita desain taman publik, untuk publik, di mana ruang gerak mereka bisa dimaksimalkan dan etiket civilitas kaku tidak perlu berlaku. Taman di negara Anglosakson benar2 luas, tidak seperti taman Eropa lainnya yg secupil, yg selalu immaculate krn di-manicure bak artsy fartsy thingo milik keluarga bangsawan.

Argumen gue sebagai berikut: suku Roman dan eks-koloninya menganggap taman adalah sebuah luxury, benda mewah yg patut dipunyai oleh aristokrat. Maka itu taman2 di Eropa kontinental kebanyakan ber-façade " formal ". Brussels punya taman ngga jauh dari istana raja mereka King Leopold, taman yg tampak resmi, yg hanya dikunjungi untuk duduk2 di bangkunya sambil melepas penat. Paris dg taman terkenalnya: Jardin du Luxembourg yg mematok signage: ngga boleh menginjak rumput; taman Palais de Versailles oaaah ... itu mungkin beda cerita, taman kerajaan bernuansa Renaissance yg semuanya sgt super simetris - untuk menyenangkan hati si Louis!

Tapi luas area taman2 di ibukota Eropa kontinental ini jauh kalah dg Sydney & London's Hyde Park, NY Central Park (ai ya ya luasnya ngga kira2). Sydney, Brisbane dan Melbourne muncul dg ide brilian : selain park, mereka bikin Botanic Garden tepat di tengah2 kota!

Gue blm pernah liat Hyde Park yg asli, tapi kopian-nya pun ngga jelek2 bgt. Hyde Park Sydney punya satu air mancur (fountain) utama dan "water features" lainnya, ruang publiknya luas memungkinkan kita duduk di rumput hijau tanpa harus bersempit2an, kafe2, katedral besar di sampingnya, memorial park yg berukuran gigantis, beberapa art objects di sudut2 tertentu. Kekhususan taman2 australis adalah: pepohonan palem dan eucalyptus-nya yg ditanam dlm skala besar dan mereka bisa tumbuh hingga sangat tinggi. Tanpanya, gue ngga bisa bayangin Sydney akan berwajah gimana. Keteduhan kota ini akan jauh berkurang. Para pekerja di kota mungkin akan semakin bete tanpa buffer daerah hijau.

Gue punya ide, mengapa ngga bikin parks plus piazza sekaligus aja. Terlalu berlebihankah ide cemerlang gue ini? *LOL

ciao ciao ...


London Hyde Park
Sydney Hyde Park
Central Park NYC.

Publié dans affogato

Pour être informé des derniers articles, inscrivez vous :