Una Giornata Meravigliosa

Publié le par macchiato

 
Eccola, una giornata perfetta: adoro l’estate qui. So bene che tante volte dico molte cose che danno l’aria deluzionante di questo paese eheh .. soprattutto riguardato al cibo (si manca la buona cucina e anche la mia famiglia e gli amici a Giacarta). Dunque sono andato a Cronulla (un bel quartiere secondo me, dove ci abitavo cinque anni fa per più di 1 anno, ero veramente felice in questo periodo) a nuotare un po’ in una delle piscine di rockpool con l’acqua di mare tutto gratis, non si paga qui per si divertire in spiaggia. Anche il cielo azzurrissimo, era perfetto, belissimo, tutti eranno felici, i genitori giocavano con i loro bambini, e la giovantù prendava il sole. Che figata. Poi infine ho comprato un affogato in un caffè et l’ho apportato et mangiato sulla sabbia bianca. La propria vita senza fastidio!

Dolce far le cose che ci piacciono, no? LOL
Ho passato una bella giornata allora.

Inoltra, la foto è il (ex) quartiere mio.

 Dan gue pun harus mengakui sangat beruntung bisa melewati hari-hari di tanah selatan, bersimbah ultraviolet sepanjang hari (hampir).

Awal weekend diajak seorang teman, Keiko, ke festival Jpn. Setengah penduduk Tokyo mungkin tumplek jadi satu kali in situ. Ramai. Banget. Yah standar festival, ada atraksi tarian, musik, makanan, dan kios-kios yang mengais rejeki. Dan salah satunya, kios penganan jpn, maka gue dan Keiko sepakat mengabdikan sejumlah waktu dengan bergabung di antrian kios Yakitori dan tako. Aduh, panjang antrian mungkin 100m kali, butuh waktu 30 menit untuk sampe ke depan counter (eheehe… anything for a bite of heaven!). Tiba juga, ah lega hati. Keiko mengurusi per-orderan karena si penjual seorang ibu-ibu jpn dan bakal lebih simpel begitu. Keiko menoleh, errr … the lady said we have to wait fifty minutes for the tako.

You mean fifteen minutes!

- Err .. no no, fifty.

Non è possibile. Che guaio. Cosa succede?

Ya uis, ternyata emang waktu tunggu untuk seporsi tako (octopus balls) emang lima puluh menit. Waktu yang lama. Apa boleh buat, udah basah kepalang tanggung. Dengan menggerutu, err okay we’ll just get one eh. Setelah diberi kupon bernomor, kami pun meloyor pergi dengan bersungut-sungut, masih tidak percaya, ini kali pertama gue harus nunggu selama itu untuk memesan makanan. Dan kalau saja ada orang ketiga diantara kami, lengkapkah kami menjadi tiga stooges, can’t stop feeling we’re a bunch of idiots. lol

Yakitori di tangan lenyap sekejap. Kira-kira 50 menitan sudah berlalu, keakurasian diukur dengan melihat langit yang semakin memburam ah hari semakin sore, bola oktopus kami pastilah telah matang dan siap dikonsumsi. Keiko berjalan ke kios. Sejenak kemudian ia balik dengan tangan hampa. Dan senyum lirih.

Fifteen more.

Incredibile. Che roba fanno #!*&TY^@#

Oh come on! We didn’t order a seven-course meal, did we? You think we’ve been had, Keiko?

Lima belas menit dan lima menit (just for a good measure) kemudian, gue yang beranjak menuju kios. Si ibu tua telah berganti menjadi gadis muda rupawan (the ancient secret of zen, perhaps?). Kupon berpindah tangan, “ eh two minutes okay“… 
LOL

Dan mendadak gue pun sangat ingin bertemu dan bercakap-cakap dengan filosof yang bilang « la pazienza è virtù » kesabaran adalah sebuah virtue - and bilang kepadanya, Eureka, got it buddy!

Tiba di samping Keiko, mata berbinar, kami berbagi bola-bola oktopus. Hum …kunyah-kunyah. Masih panashhh. Lidah sedikit terbakar. Whoah, boh .. humm … tapi emang lezat banget. Bayangkan: di dalam bolanya ada saus yang meleleh di lidah. Was it worth it? Absofuckinglutely.

Tako di tangan sudah habis. Keiko dan gue saling bertanya, hey… should we get another one?

Publié dans in italiano

Pour être informé des derniers articles, inscrivez vous :