tabu vs taboo

Publié le par macchi

Seringkali audience non-Eropa beranggapan film Eropa itu laris manis karena jorok. Memang tak jarang mereka menampilkan adegan (scenes) eksplisit, yang menantang nurani dan ketajaman gunting pita badan sensor di banyak negara. Termasuk Ostrali, negara Anglo yang termasuk sangat liberal, pernah beberapa kali melarang pemutaran beberapa film Perancis, eg. L'enfer, Romance, Baise-moi, beralasan "insensible violence" (against women) di ketiga film tersebut banyak rekonstruksi "nyata" wanita-wanita yang diperkosa.

Bagi saya, film-film Eropa terutama Perancis, bukanlah keseronokannya yang menarik. Bah, memang menarik tapi bukan dalam artian bokep atau sekedar mencari film biru. Non. Kalau cuma untuk itu sih di Web juga banyak dan ngga perlu susah payah mengikuti festival.

Jujur, yang dicari adalah ide-ide segar, liberal, nyata, menantang batas ketabuan, akan relasi antar individu. Dan ini adalah forté sinema Perancis, dibanding Hollywood dengan pahlawan bertopeng mereka.

Lagipula, seiring dengan kecanggihan sinematografi, adegan jorok kini pun tak jarang hasil manipulasi. Contoh: cunnilingus di «Romance» atau Monica Bellucci diperkosa di underpass tunnel «Irreversible» mereka menggunakan penis poliplastik (entah  apa nama resminya).

Dan salah satu film kembali menguak nilai-nilai tabu, di festival film Perancis Sydney. 

Peindre ou faire l'amour - To paint or Make Love
Dibintangi Daniel Auteuil, sebuah comedie maladroite (awkward comedy) yang tidak mengecewakan, sangat dewasa dan menghibur. Kali ini temanya sulit ditebak, kemana plot film berjalan hanya bisa diterka menit demi menit.

Dan ternyata ia berkisah mengenai middle-aged swingers yang tak sengaja 'terjungkal' ke dunia bertukar pasangan.

Tak perlu saya beberkan lebih lanjut. Bagi yang penasaran, silakan cari DVD-nya atau tunggu di festival terdekat di kota Anda.

Yang "menggugah" adalah salah satu keerotisan di penghujung film. Daniel Auteuil digambarkan ragu-ragu mengambil inisiatif "mengundang" seorang wanita blonde yang bermalam di rumahnya. Si wanita pirang kemudian yang memberi signal «Di mana toiletmu, tunjukkan jalannya!».
 
Sejenak kemudian di kamar mandi Julie, si blonde, menggunakan bidet, membasuh bagian pribadinya. Lalu si aktor Daniel, menjulurkan tangannya, dengan handuk ia membantu "membersihkan" Julie.

Dan kami, penonton,  menahan nafas : scene yang singkat ini -tak lebih dari tiga detik- justru sangat intim, mendekati tabu bahkan. Sibuk menerka apa yang terlintas di benak sang aktris saat ia membiarkan seorang asing, walaupun itu aktor lawan mainnya, menyentuh kelaminnya: I'm merely demonstrating my professionalism; this is totalism towards my job; pretend you're in the Sychelles having a grand vacation all by yourself; this is only a job no different to others
 ??

+++

Dan ini mungkin salah satu sebab mengapa panitia festival film tidak mengambil resiko sama sekali, semua film entri dilabeli R+18.

Publié dans au cinoche

Pour être informé des derniers articles, inscrivez vous :