e anche tu, lavori presto!

Publié le par macchiato

Ex-dealer mobil Melburnian Van Nguyen tewas pagi ini. Kecaman terhadap Singapura mengalir deras. Nyokapnya kemaren akhirnya diijinkan menyentuh anaknya, menyentuh tangan, muka dan rambutnya ... melalui sekat metal (grille pane) di penjara. Banyak juga Australians yg bilang, he's a convicted drug mule, we shouldn't make him a martyr as he doesn't deserve it.

Gue ngga mendukung hukuman kapital.

Faire l'amour pas la guerre ...

Mood hari ini kelam.



Balik lagi ke kondisi dan kultur bekerja di sini: Normalnya, tentu aja sebelom elo dapet tawaran pekerjaan, ada interview yg mesti dilewatin, kadang lebih dari satu interview pula, kdg disertai tes psikologi, tes medikal. Wawancara kerja di sini kdg penuh basa-basi juga, mesti super ramah ke calon bos ... such and such .... rather the same ol' drill over and over ...


Satu hal yang patut dicermati di lingkup kerja Anglosaxon: persamaan derajat lebih ketara, suku Australis sgt bangga dg kesetaraan, mateship, kamu dan saya adalah mates, saya panggil kamu "mate" sajah yah - konsep modern yg sangat Auhssthralian. Saking ekstrimnya err... kdg manajer gue manggil pegawainya mate; gue sendiri ngga ada masalah krn kangguru2 dari segala lapisan selalu ber-mateship termasuk housemates gue; tapi kalo manajer elo seorang .. ibu2 berusia 60 taon, boh ........... di benak gue mungkin tampak aneh, men-jengahkan, how did i get to become your mate again, lol, what've'i'done to deserve the reserved title. No worries, mate : kemungkinan besar jawapan bos gue kalo pertanyaan ini dilontarkan kepadanya.

France, dua ratus enam belas tahun silam, berani menguliahi dunia dan Eropa, dg pongahnya suku Parisian mempelopori slogan simbol kesetaraan universal manusia : LIBERTE, EGALITE, FRATERNITE. Tapi elo dan gue sama2 tau itu cuma teori belaka yg tampak bagus di atas kertas.


France hingga kini - walopun aristokrasi Perancis telah punah (ditumpas kala Revolusi Perancis, kepala2 ditebas dan menggelinding di sepanjang sungai Seine!) - tetep pada dasarnya masyarakat barat yang err ... kaku, yang melihat "diri saya lebih baik dari orang lain" atao setidak2nya mereka berusaha untuk lebih baik dari orang yg berdiri di sebelahnya. Contoh mudah, mereka selalu sopan, masuk ke toko "Bonjour Messieurs Dames (hello Ladies and Gentlemen!)", di toko lainnya "Au revoir, Madamemoissele" (Selamat tinggal, Nona!). Satu gosip lainnya, entah bener atao tidak, Presiden Chirac kabarnya sgt sgt super kolot, ia menggunakan *VOUS dg istri dan anak-anaknya sendiri! *Vous, panggilan formal, bak seorang ayah manggil anaknya dg ‘Anda’ ...

Contoh konkrit lainnya, Parisians atao masyarakat Perancis umumnya memiliki ekspresi verbal:

1.
chic, cuma suku Gallic yang bisa meng-invensi konsep "chic" dan memasarkannya! Bahkan Italians yg terkenal chic pun harus tekuk lutut, Italians tanpa segan kini berujar “mi sta non e' abbastanza chic, questa giacca” - “this jacket isn't chic enough for me”

2.
BCBG, Bon Chic Bon Genre, woaah... prinsip nomor satu menjadi seorang Parisian! Idenya: elo harus berusaha bukan saja bon "chic" tapi juga bon " genre ", harus berasal-usul, berperilaku, ber-genre, yg bagus! boh .... LOL, gue yg rakyat jelata begini!

3. Anehnya (sebuah anomali?) French tidak memiliki konsep sok, pongah, sombong, snob, dan untuk mengekspresikan sifat negatif ini mereka menggunakan kata snob itu sendiri, Bien il est très snob ce fou-là!

4. Sistem korespondensi yg sgt "arse licking", beneran euy! Di akhir surat formal atao surat bisnis biasanya kita menulis, minimal, ||Je vous prie Monsieur d'accepter mes plus distinguées salutations|| “I beg you, Sir, to accept my most distinguished salutations” - pertama kalinya gue pelajari hal ini, sgt terkejut LOL. Bandingkan dengan akhiran surat Anglosaxon yang sgt efisien, Yours Sincerely, tanpa embel-embel. Dan anak cucu Asterix menganggap bangsa Anglo suka berbasa-basi di supermarket checkout ! Yea sure 100% absolutely right ... ! Kesimpulan: Liberté, Egalité, Fraternité adalah sebuah konsep sosialisme yg menarik! he he ...



Ah … akhirnya si pemilik kapital memutuskan untuk mempekerjakan elo (atao memperbudak? he he) dan elo menerima tawarannya. Lalu mereka akan, biasanya, menanyakan dua hal penting: status kewarganegaraan dan Tax File Number elo. Dua hal ini komponen penting yg diterapkan Departmen Imigrasi untuk mengontrol penduduk tanpa hak bekerja berusaha “mencuri pekerjaan” dari penduduk lokal.

Tax File Number, atao TFN, adalah nomor pajak individual yang diberikan oleh ATO (Australian Tax Office) bertujuan tentu aja supaya semakin banyak pajak yg masuk ke kas negara! TFN idealnya diberikan kepada employer elo, kalo tidak konsekuensinya ngga fatal: elo harus bayar pajak jauh lebih besar daripada yg seharusnya, hingga elo mendeklarasikan TFN secara benar.

Lalu …. tentu aja kalo elo beruntung seorang warga negara, elo jawap, oh I’m a citizen. Tapi krn di sini banyak suku bangsa berbeda, tentu warga non-citizen pun bertebaran di mana-mana. Dan si pihak perusahaan (atao si employer) jikalau ragu2, mrk bisa mengecek status keberadaan elo dg Dept Imigrasi. Seringkali penggerebekan tenaga kerja gelap menghasilkan beberapa puluh orang setiap minggunya dideportasi, termasuk penduduk Indonesia yg berjalan lunglai masuk ke kabin Garuda dg pengawalan Federal Police.



Sedikit kisah masa lampau: pertama kali gue tiba di negeri asing ini, saat semua masih membingungkan, sebagai seorang pelajar kere, gue mau ngga mau harus berjuang cari akomodasi murah (he he … skrg pun masih sama euy!) dan awalnya saya harus err .. “shack up” dg beberapa orang Indonesia. Tiga orang. Cuma saya org barunya, seorang newbie yg tidak mengerti banyak hal. Apt 2 kamar, berarti 2 org per kamar. Tarif normal. Lokasi ngga jauh dari pusat kota.

Lucunya, 1 dari 3 flatmates ini penduduk gelap, dua lainnya berstatus “pengungsi” sungguh situasi yg aneh. Clandestine, kata orang Perancis! Dan ia sgt takut tertangkap, kepergok saat tengah bekerja di resto cuma berjarak dua suburbs dari rumah. Saking paranoid-nya, suatu sore dg napas terengah ia mengeluh, euh hari ini mendadak banyak polisi di stasiun kereta. Dan dua minggu kemudian ia membeli mobil dg alasan, lebih aman tidak akan diberhentikan polisi. Ia pun jarang keluar rumah, lingkup sosialisasinya hanya terbatas temen2 gerejanya. Mrk mengajak saya ikut beberapa “kegiatan” religioso yg sebenernya tidak terlalu mengesankan sama sekali. Namun, setiap kali sepucuk doa (doa yg serius) dilakukan, hampir selalu diselipkan harapan agar mereka bisa bertahan hidup di tanah australis (dg harga apapun). Atao kdg kala dg sang pastor, mereka berdoa bersama agar tidak ada “rintangan/ halangan” di pekerjaaan mereka, yang err ... notabene ilegal itu. Semoga aparat hukum tidak mem-bust our arses, singkat kata. Boh … entah ini yg disebut kesetiakawanan in-extremis? Gotong royong alla tanah air atao sesuatu yg tidak gue mengerti sama sekali.

O mio padre … speriamo che tutto ci va bene! Ci fanno lasciare in pace!

Publié dans affogato

Pour être informé des derniers articles, inscrivez vous :